Jumat, Desember 18, 2009

Ringan, tetapi Lebih Kuat dari Baja

TITANIUM

Berdasarkan sifatnya, titanium merupakan logam yang ringan, kuat, dan tahan korosi. Meski ringan, titanium lebih kuat dari baja serta lebih tahan karat dibandingkan dengan aluminium. Titanium merupakan logam putih yang warnanya agak cerah dengan berat jenis yang rendah.

Logam yang mudah dibentuk itu tahan terhadap asam sulfur dan asam hidroklorida. Lantaran sifat-sifatnya itu, titanium kerap kali dimanfaatkan dalam industri berat, semisal industri dirgantara dan otomotif.

Di industri dirgantara, titanium digunakan sebagai penahan roda pesawat. Sedangkan di industri otomotif, logam itu dimanfaatkan sebagai katup, pegas katup, batang penghubung mesin, dan pegas supensi. Selain itu, titanium juga digunakan untuk produk-produk elektronik, seperti kamera dan perhiasan, semisal jam tangan.

Selain titanium, ada logam lain yang memiliki manfaat besar, yakni kobalt. Logam yang berwarna agak keabu-abuan itu dikenal cukup kuat dan di dalamnya terdapat mineral kobaltit, smaltit, dan eritrit. Kandungan kobalt juga sering kali ditemui pada nikel, perak, timbal, tembaga, dan bijih besi dan meteorit.

Logam kobalt merupakan logam yang bersifat kokoh dan magnetis. Berbagai campuran logam kobalt memunyai kekuatan magnetis yang sering digunakan di berbagai sektor industri. Contohnya untuk bahan magnit pada loudspeaker atau mikrofon serta bahan baja tahan karat dan baja magnit.

Kobalt juga merupakan logam yang antikarat. Karena sifatnya itu, kobalt kerap dijadikan bahan pelapis turbin gas generator dan turbin jet. Logam itu juga dimanfaatkan sebagai material peralatan berat, seperti eskavator.

Kobalt dikenal pula sebagai logam yang bisa menghasilkan warna biru permanen yang biasanya diaplikasikan pada porselen, kaca, pot, keramik, dan lapisan gigi. Manfaat lainnya, larutan kobalt digunakan sebagai pelembut warna tinta. Tidak jarang, kobalt digunakan untuk membantu terapi pada hewan yang kekurangan kandungan mineral. Dengan begitu, logam tersebut tidak mengganggu fisiologis tubuh makhluk hidup.

Yuswono, peneliti utama dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), menyatakan hingga saat ini titanium dan kobalt merupakan logam yang memunyai sifat biokompatibel. Oleh karena itu, tidak heran jika kedua logam tersebut diproyeksikan sebagai logam implan pada tubuh manusia.

Teknologi itu juga rencananya akan dikembangkan di dalam negeri sehingga bisa diproduksi secara massal. Pasalnya, hingga saat ini komponen paduan logam biokompatibel belum dibuat di negara kita dan kebanyakan didatangkan dari Amerika Serikat (AS) dan Jepang. Menurut Yuswono, harga logam biokompatibel itu mencapai 80 sampai 100 juta rupiah.

Seandainya biokompatibel logam itu sudah diproduksi di dalam negeri, penderita patah tulang yang ingin menggunakan penyangga tulang berbahan paduan titanium dan kobal itu tidak perlu merogoh kocek dalam-dalam. “Dengan demikian, teknologi itu juga bisa dinikmati pasien golongan menengah ke bawah,“ tandas Yuswono.
(vic/L-2)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar